Tuesday 9 August 2016

Menulis lalu berbagi tanpa henti




Assalamualaikum wr.wb…
Kali ini palupi akan mencoba berbagi pengalaman sekaligus tips menulis tembus media (Versi diriku) hehe…. Kita sepakat kan jika menulis adalah salah satu wadah untuk berbagi dan juga menginspirasi, betul?pendapat ini juga dikuatkan oleh penulis yang menjadi inspirasiku yaitu Mas Pram, beliau bilang : Menulis adalah bekerja untuk keabadian karena dengan tulisan kita akan dikenang. Menulis itu mudah setiap orang bisa menulis dan jika ingin lebih professional harus terus berlatih karena Practice makes perfect kan?
Dalam menulis ada tantangan yang dihadapi penulis yaitu writing block, topik tulisan kurang menarik, kehilangan feel menulis dan lain sebagainya. Nah, sebelum aku berbagi tips menulis versiku, maka aku aku akan berbagi terlebih dahulu pengalaman menulisku. Lets check it out…
Hobi menulisku ini mulai terlihat sejak kelas 3 SD, dulu ada tugas menulis puisi tentang kupu-kupu lalu aku amati kupu-kupu yang ada di halaman sekolah dan aku menulis puisi tentang kupu-kupu tersebut. Keesokan harinya Bu lili, memanggilku. Beliau bilang puisinya sangat bagus. Hingga aku ketagihan menulis puisi sampai dulu aku punya buku kecil yang isinya puisi tapi sekarang buku itu entah dimana, hiks hiks hiks… L
Kegemaranku menulis, terus berlanjut hingga aku SMP dan Alhamdulillah aku bertemu dengan Bu Patria yang menghidupkan kegemaran menulisku. Ia memberikan aku dan teman-temanku tugas 1 tahun menulis dalam Diary ketika aku berada di kelas 7-3. Setiap hari aku menulis di buku Diary, aku ceritakan semua yang aku rasakan di buku tersebut. Menulis diary menjadi hal yang amat menyenangkan bagiku, selain mengasah kemampuan menulis aku merasa kecerdasan emosionalku juga terlatih lewat kegiatan itu.
Di kelas 8 aku sering mengikuti lomba menulis cerpen, berpidato namun.. tak pernah juara. Tapi, lagi-lagi Allah mempertemukan dengan orang yang senantiasa menginspirasiku Beliau adalah Alm. Bu Fauziah, Guru Bahasa Indonesia terbaik yang pernah aku punya. Beliau membaca tulisanku dan menyuruhku mengirim tulisanku ke beberapa media, namun lagi-lagi tulisanku tak kunjung tembus media. Kecewa, ya pasti kecewa hingga kekecewaan ini membuatku berhenti menulis hingga aku SMK kelas 1 aku tak lagi menulis karena malas dan stigma gagal telah tumbuh di otakku kala itu.
Bukan Bu Fauziah namanya, jika ia tak mengobati kekecewaanku. Saat bertemu dengannya ia menyuruhku untuk kembali menulis karena menurutnya “Bakat yang kita punya adalah anugerah kalau belum bisa tembus media, berarti harus terus dicoba, Karena media biasanya menanti tulisan terbaik kita” Ucapnya.
Di awal kelas 2 SMK, kegemaranku menulis kembali melejit. Aku mulai kembali mengikuti lomba puisi, pidato dan juga menulis cerpen dan Alhamdulillah satu persatu piala penyemangat mulai hadir. Aku juga berkesempatan mengikuti pelatihan jurnalistik dan dari pelatihan tersebut aku belajar bagaimana menulis yang baik. Aku mulai yakinkan diriku untuk menulis lagi setelah pulang dari pelatihan, dan saat itu ada kasus yang lagi Booming yaitu kasus Gayus Tambunan. Aku coba menulis puisi, aku cari media-media massa yang menerima karya anak muda dan aku kirimkan Via Fax karena saat itu aku sedang PKL di salah satu perusahaan maka aku meminta izin untuk mengirimkan tulisan menggunakan fax tersebut. Tak lama kemudian salah satu pihak media dari Media Indonesia menghubungiku, mengabarkan bahwa pihak MI tidak menerima puisi namun aku bisa membuat artikel dan mengisi rubrik Move yang saat ini namanya adalah MI Muda.
Senang bukan kepalang, ketika setelah sekian lama akhirnya aku mendapat respon media. Lalu, aku mencoba membuat tulisan yang bisa mengisi Halaman Move dan aku memutuskan untuk membuat Artikel Pembuatan Aneka Gantungan Kunci dari Clay Tepung. Dengan bimbingan bu Puri yang saat itu menjadi guru Seniku di SMKN 9 Jakarta , aku mencoba menulis langkah demi langkah pembuatan kerajinan tangan itu dan mengirimkan email tulisanku kepada Alm Mbak Dian Palupi (Mbak Dipi) Redaktur Halaman Move MI kala itu. Beliau banyak sekali mengajarkanku lewat revisi-revisi yang beliau kirimkan. Alhamdulillah… tulisanku dimuat di media Indonesia atas bimbingannya. Sejak saat itu peluangku terbuka, menulis tembus media bukan lagi impian semata. Benar apa yang dikatakan Alm. Bu Fauziah “ Media akan menerbitkan tulisan terbaik kita, menulis bukan hanya tentang terbitnya tulisan namun tentang kerja keras agar menghasilkan tulisan yang bermakna”
Dan…… saat ini saatnya aku berbagi tips menulis versiku di Media. Untuk dapat menerbitkan tulisan di media massa yang harus kita perhatikan adalah …….
Pertama, Kenali karakteristik media
Setiap media memiliki karakteristik yang berbeda dan kita harus tahu rubrik apa di media tersebut yang menerima tulisan kita. Jangan lupa terus membaca tulisan-tulisan yang terbit di media tersebut sebagai referensi dan berlatihlah menulis.


Kedua, Buatlah kerangka tulisan
Bagi penulis pemula seperti aku, kerangka tulisan itu penting banget. Dari kerangka tulisan kita bisa tau apa yang ingin kita tulis, sampai mana tulisan kita, bagaimana alurnya, apa saja poin pentingnya. Daaaaaaan…. Kerangka tulisan akan membantu kita saat kita mengalami “ Writing block loooh”   
Ketiga, Jangan lupa 5W+1H
            Dalam menulis jangan lupakan 5W + 1 H agar tulisan kita bisa menjadi tulisan yang informatif, inspiratif dan bermakna.
            Keempat, Perhatikan Lead (Kalimat Pembuka)
            Kalimat pembuka, menjadi penentu redaktur akan melirik tulisan kita maka, kalimat pembuka harus menarik. Kita bisa membuat kalimat pembuka menggunakan kata-kata motivasi, menggunakan Jargon, menggunakan kata-kata yang menggugah atau yang mengagetkan seperti “ Bruk!” “ Prang!” dsb.
            Kelima jangan menjadi penulis, pembaca dan editor dalam satu waktu
Satu hal yang sering membuat kita gak selesai-selesai adalah kita menjadi penulis, pembaca dan editor dalam satu waktu yang akhirnya membuat kita bingung dengan tulisan sendiri sehingga kehilangan mood. Hayooo siapa yang sering begini? Hayoo ngaku… hehehe (Saya juga termasuk sering sih hehe. Saat menulis posisikan diri kita sebagai penulis tuangkan apa saja yang ada dipikiran kita. Lalu setelah kelar tulisannya bacalah tulisan kita dan posisikanlah sebagai pembaca. Lalu save tulisan kita buka lagi beberapa saat dan jadilah editor untuk tulisan kita sendiri. Atau kalau ingin nambah ilmu mintalah teman yang juga mahir dalam menulis untuk mengomentari tulisan kita.
Keenam, Jangan lupa baca buku
            Aku percaya kalau tulisan yang kita hasilkan adalah buah dari bacaan kita karena dengan membaca kita bisa mendapatkan kosa kata baru dan juga wawasan yang banyak. Maka kalau ingin tulisan kita semakin baik, jangan lupa membaca yah……
            Ketujuh, Teruslah menulis.
            Sebuah keterampilan harus terus diasah bukan? Begitupula dengan menulis guys. Ibarat pisau tajam kalau gak diasah akan tumpul maka tulisan begitu kalau kita berhenti menulis kita akan kehilangan kemahiran menulis kita. Jadi sudah terbit atau belum tulisannya di media, jangan buat kita patah semangat untuk menulis yah… karena menulis adalah wadah untuk berbagi dan menginspirasi.
Nah, inilah tips dan pengalaman menulis versiku. Semoga bisa bermanfaat yah.. dan memicu semangat untuk terus menulis dan berbagi hehehe. ….. Oh ya satu Quotes untuk menutup tulisan kali ini.  
“ Kata-kata bisa menggugah namun ikatlah ia dengan tulisan agar lebih bermakna”