Sunday 27 November 2016

Sekotak Cinta




Berbicara tentang cinta, semua orang pasti merasakannya. Ia menjelma menjadi denyut-denyut yang enggan pergi dari raga. Ia datang menanam senyum, menebar bahagia dan tak jarang ia juga menghempas dengan duka. Aku juga merasakan jatuh cinta pada seseorang yang delapan setengah tahun yang lalu aku kenal lewat lomba. Funtasy Games nama lombanya anak SMPN 32 dan anak SMPN 86 yang saat itu mengikuti pasti tahu hal ini. Ajang cerdas cermat di TVRI telah mempertemukanku dengan si mata sayu.  Entah mengapa pertemuan itu berlanjut padahal aku sama sekali tak tertarik dengannya dia konyol, cupu dengan celana cingkrangnya. Menyebalkan dengan sifat “ Sok tahu dan batunya” sifat yang sampe sekarang sudah mengakar padanya.
Cinta memang membawa kita melewati semua hal bersama-sama. Kita saling membantu dalam setiap lomba. Kita saling menyemangati untuk setiap kegiatan yang kita punya dan tak jarang juga cinta membawa kita pada pertikaian sengit yang memaksa kita memisahkan diri sementara. Cinta membuat gadis tomboy yang dulu gak pernah bisa pake rok kecuali saat sekolah, menjadi gadis yang bisa pakai rok walau susah jalannya. Cinta membawa anak muda yang cupu perlahan memperbaiki tampilannya. Ia tak pernah lagi memakai celana cingkrang dengan ujung celana yang dikaitkan di atas perutnya. Muka berminyaknya perlahan hilang tapi mata sayu tetap jadi cirri khasnya.
Kita saling menguatkan saat kita sama-sama tak lulus SNMPTN tulis maupun undangan. Aku menyerah pada tahun itu tapi kamu tetap gigih ikut UMB. Dengan sigap aku membantu mengurus keperluan berkasmu daaaaaaan… fase tersulit adalah ketika kamu dinyatakan lolos ke “ACEH” yang tandanya kita akan terpisah oleh ratusan kilo meter. Aku sedih? Pastinya. Tapi, gak adil kalau cita-cita harus dipendam hanya karena cinta. Kita  telah menikmati fase Long Distance Relationship  selama kurang lebih 4,5 tahun.   Aceh- Jakarta dan Jakarta- Turkey melatih kesabaran hati untuk bisa berjumpa. Berceloteh bersama secara langsung, menonton pertunjukkan seni, menjelajah museum, datang ke seminar-seminar hanya bisa kita lakukan pada saat liburan semester tiba.
LDR mempunyai arti sendiri bagi  kita. Ia mengubah paradigma cinta yang harus sering ketemu menjadi cinta yang tersimpan dalam rindu. Rindu yang kadang membunuh secara perlahan rindu yang kadang mematikan rasa tapi tak jarang ia mengingatkan memori dan membuatnya memutar di kotak logika.
Kini dalam jarak yang jauh kita sama-sama sedang berjuang menyelesaikan studi kita. Mengejar gelar sarjana. Membunuh perasaan-perasaan ingin berjumpa yang terkadang merusak suasana. Pertengkaran yang semakin sering ada terkadang menjadi lelucon saat jiwa sudah sadar bahwa seharusnya itu tak penting adanya. Cinta… selesaikan studi kita, bawalah kembali setiap waktu yang sudah lama tak pernah kita bagi bersama. Bawalah kembali setiap kenangan yang pergi atas pengembaraanmu selama 5 tahun lamanya. Bawalah sekotak cinta yang berisi edelwish saat kita sama-sama memakai toga. Teruslah berjuang atas cinta. Cinta untuk keluarga kita dan cinta untuk kita. Semoga kelak kita bertemu dalam bahagia, agar tak ada lagi jarak yang jauh agar tak lagi ada rindu yang terlalu beku.
                                                                             Salam Rindu

                                                                                 Palupiiii