Friday 10 November 2017

Tentang Skripsi





“ Skripsi menjadi petaka jika kemalasan melanda, menjadi kenikmatan tiada tara saat wisuda “ Palupi Mutiasih 


Skripsi, itulah topik bahasan paling renyah pada mahasiswa tingkat akhir. Sayapun mengalaminya. 20 September 2017 saya berhasil menaklukkan dan membayarnya dengan sebuah prosesi mengharukan bernama “Wisuda” dengan predikat mahasiswa yudisium terbaik pula.  Saat Rektor membacakan secara seksama prosesi pemindahan tali pada toga, ada airmata yang terbendung. Masa-masa perjuangan seolah terputar dengan sendirinya. Teringat bagaimana satu tahun menghabiskan waktu hanya denganya.
          Ada malam-malam panjang yang saya habiskan hanya untuk bengong dan bingung memikirkan bab per bab, revision sampai ujung-ujungnya ketiduran (wkwkwk). Ada jam-jam cemas menunggu dosen yang terkadang datang hanya dalam waktu lima menit lalu pergi lagi (Duh!, ini the gemesin *pake nada makuta* hihihi..). Ada pengalaman bolak balik revisi ahli sampai 7 kali layaknya thawaf mengelilingi ka’bah. Ada tangis sesegekan di Mushola saat merasa cobaan skripsi yang tak kunjung usai juga. Ada juga obrolan selingan tentang nikah untuk mengalihkan Padahal mah boro-boro pengen nikah. Skripsi aja susyah.
          Skripsi itu merupakan tantangan yang luar biasa. Skripsi bukan semata-mata menyelesaikan tugas  wisuda, tapi skripsi merupakan titik di mana kita akan belajar banyak hal terutama belajar sabar dan ikhlas. Dulu, saat melihat kaka kelas yang skripsinya lama, saya suka bertanya-tanya “ Kok bisa lama yah?” “ Kayaknya gampang deh kalo dikerjain” Gumam saya kala itu. Mungkin itu pikiran sombong saya karena gak merasakan apa yang kaka tingkat rasakan. Well! ketika keadaan di balik barulah saya merasakan bahwa KEMALASAN, KEBINGUNGAN dan KEBENGONGAN adalah 3 hal yang menghantui saya dan membuat lama.
Skripsi bukan tentang “ Siapa yang paling pintar di kelas, tapi siapa yang paling gigih berjunang meeeeeeeeeeeen” Sepintar apapun, kalau males ngerjainnya akan tertinggal dengan mereka yang paling gigih dan gak takut revisi. Biasanya (ini menurut pengamatan eyke yah) penyakit orang pinter adalah banyak mikirin ide tentang skripsinya tapi gak pernah dikerjain skripsinya dan hal itu kejadian sama saya.
          Saya sempat menggebu-gebu lulus 3,5 tahun. Saya berhasil SUP di awal November 2016, itu berarti kalau tidak ada hambatan saya akan lulus pada Maret 2017. Tetapi……………. karena saya males dan tertarik mengambil banyak job saya kehilangan kesempatan untuk wisuda di bulan Maret. Sedih gak? Pasti sedih tapi ini jadi cambuk bagi saya bahwa pintar saja tidak cukup untuk menaklukkan SKRIPSI. Skripsi seperti pacar, gak suka di duakan. Skripsi juga mengajarkan kita untuk menekan ego untuk fokus hanya dengan skripsi tercinta.
          Saat skripsi pertanyaan horror “Kapan selesai, udah bab berapa, kapan sidang” menjadi hantu yang muncul dari lisan siapa saja. Siap tidak siap, kita harus bisa menjawab itu walau jawabnya harus telan ludah terlebih dahulu. Saya kenyang rasanya mendengar pertanyaan itu, terlebih gelar mawapres membuat orang banyak berekspektasi lebih maka pertanyaan itu semakin horror buat saya (Hiks,Hiks).
Bulan Maretpun datang. Hati saya makin hancur melihat teman-teman saya di wisuda. Dilematis memang, saya bahagia dan bangga teman-teman saya di wisuda tapi batin saya menangisi kegagalan diri saya. Sampai kaka mentor saya menyarankan saya untuk tidak buka medsos hingga badai itu berlalu (Caelah). Tapi seriusan, hati saya remuk rasanya. “Kenapa saya gak berjuang lebih keras agar bisa memakai toga bersama mereka”, Tanya saya kala itu. Saya terpuruk? Ia karena 3,5 tahun jadi impian saya. Heeeeem tapi rasanya naïf bila saya menyesali kesalahan yang terus saya lakukan.
Sebagai pelampiasan, saya makin banyak ikut lomba-lomba agar nilai jual saya tak kalah karena gagal wisuda 3,5. Saya berusaha bangkit, mengumpulkan semangat dari awal, berjuang lagi, menyingkirkan ego lagi dan berusaha menerima takdir lulus 4 tahun itu juga baik. Saya berusaha menciptakan momen terbaik saya. Saya gunakan waktu semaksimal mungkin, saya turunkan ego “Perfectionist” yang saya punya.  Setiap revisi saya hadapi dengan lapang dada karena memang di situ seninya.  Revisi ada bukan karena karya kita kurang baik, tapi revisi membuat kita punya sudut pandang yang berbeda tentang karya kita dan membuatnya semakin kaya.
2 bulan menjelang waktu sidang di buka, Saya menikmati waktu bimbingan, tak peduli gimana susahnya mengejar tanda tangan. Saya berhenti terima kegiatan sebab tak dapat dipungkiri, hal tersebut mengganggu kefokusan. Saya terima segala kritikan, revision dan masukan. Saya kerjakan skripsi dengan segala drama yang ditunjukan. Printer ngadatlah, ngejar tanda tangan berkaslah, tinta habislah, bolak balik gandain skripsi sampe tangan mau copotlah dan lah lah lah yang lainnya (wkwkwkwkw) segala keribetan itu terus terjadi sampai akhirnya waktu sidang tiba.
 Dag Dig Dug hati saya tidak karuan, diuji professor yang kadang ditakutkan. Alhamdulillah semua berjalan lancer. Sebab sidang mengajarkan bagaimana mempertahankan idealism yang telah kita bangun lewat tulisan dan pengorbanan. Dosen Penguji adalah orang yang memastikan bahwa mahasiswanya siap menghadapi ujian idealism di masa depan. Dosen pembimbing adalah mereka yang mengarahkan agar kita tak goyah pada setiap keyakinan. Begitulah Hikmah sidang sesungguhnya.
Sidangpun berlalu, revision menunggu, Ini harus dikerjakan agar malas tak lagi datang. Jangan berharap setelah sidang cobaan sudah usai, masih ada revisi dan pemberkasan yang menantang. Siap-siap bawa 5 rangkap, naik turun tangga, ngejar tanda tangan dan lain sebagainya. Eittsss tenang, semua itu akan selesai jika DIKERJAKAN, sekali lagi semua itu akan SELESAI jika di KERJAKAN.
 Di akhir nanti…. Kita akan menyadari bahwa skripsi memberikan banyak pengalaman berharga yang tidak bisa dibeli. Skripsi mengajarkan kita bahwa Pintar bukan jaminan untuk selesai tanpa perjuangan. Skripsi adalah serangkaian perjalanan sabar yang tak ternilai. Skripsi bukan tentang diri kita sendiri, tapi bagaimana menyelaraskan pemikiran-pemikiran dengan orang lain yang itupun pasti akan terjadi saat kita kerja nanti. Skripsi adalah bagaimana kita menekan ego untuk tidak merasa “SUPER” sebab kadang ambisi merupakan senjata ampuh yang menghancurkan. Daaaaaan…… skripsi bukan siapa juga yang lulus duluan tapi siapa yang bisa mempertanggung jawabkan apa yang dibuatnya dan membawa kebermanfaatan bagi kehidupan. Daaaan percayalah tangisan, kekesalan, kecemasan, saat mengerjakan skripsi akan berubah menjadi lawakan konyol yang seru untuk dibahas pada reunian nanti.
Selamat mengerjakan skripsi Pejuang Toga!

Monday 2 January 2017

Ayo Menikmati Masa Mahasiswa !

Ayo Semangat kuliah kaka-kaka ! 



Tak terasa saat ini jatah waktuku menjadi mahasiswa sudah limit. Padahal masih banyak kegiatan yang ingin aku ikuti. Masih banyak rasa penasaran dan target-target mahasiswa yang ingin aku capai. Masih banyak hal-hal yang belum aku explore. Masih banyak hal-hal baru yang ingin aku jamah. Tapi waktu rasanya memaksaku untuk segera menyelesaikan studiku dengan baik. Waktu memaksaku untuk segera meninggalkan kampus yang menorehkan begitu banyak cerita dalam hidupku. Kampus yang membuat aku belajar untuk berjuang. 

Rasanya baru kemarin aku diterima sebagai mahasiswa bidikmisi setelah sebelumnya aku gagal. Rasanya baru kemarin di tengah rinai hujan aku bolak-balik menuju gedung rektorat UNJ untuk mengurus berkas-berkas beasiswaku. Rasanya baru kemarin aku berdesakan untuk tes kesehatan di klinik UNJ saat pendaftaran mahasiswa baru. Rasanya baru kemarin aku menjalani masa MPA. Bertemu kaka-kaka kelas. Mengetahui setiap sudut-sudut kampus hijau yang sekarang sudah banyak perubahan di dalamnya. Meneriakkan " Hidup Mahasiswa" dengan teriakan yang penuh semangat 45 :p dan Menyanyikan lagu " Totalitas Perjuangan". Aaaaaaaah rasanya masih sangat lekat dalam ingatan.

Menjadi mahasiswa merupakan anugerah bagi semua orang tak terkecuali bagiku. Anak SMK yang seharusnya bekerja setelah lulus malah "ngoyo" untuk kuliah. Tapi semua itu jadi pembelajaran yang mengajarkan aku untuk keluar dari Zona Nyaman. Zona yang membuat diri melejit atas setiap tekanang. Zona yang membuat raga berpikir cepat untuk segera keluar dan menjemput sebuah kenyamanan dengan perjuangan diri kita.

Dipostingan kali ini aku akan sharing bagaimana menikmati masa-masa sebagai mahasiswa. Aku sering mendengar celotehan kaka-kaka kelas untuk menikmati masa-masa kuliah sebelum menyesali ketika sudah lulus. Awalnya aku mendengar itu dari beberapa orang, tapi semakin lama aku semakin mendengar itu dari banyak orang. Hal tersebut membuatku untuk menarik kesimpulan bahwa masa-masa menjadi mahasiswa memang layak untuk dinikmati. Secara, ketika kita jadi mahasiswa akan ada banyak keistimewaan yang kita dapatkan. Contohnya ketika ada seminar pasti yang menyandang status sebagai mahasiswa selalu dapat potongan harga, lalu setiap datang ke suatu acara baik itu acara kepemudaan atau pemerintahan, yang menyandang status mahasiswa pasti akan diperlakukan lebih ramah. Jadi mahasiswa juga punya kesempatan untuk jalan-jalan gratis dengan kompetensi yang dimilikinya. Masih banyak deh pokoknya keistimewaan kalau kita jadi mahasiswa. Maka dari itu, JANGAN MAU JADI MAHASISWA BIASA
  
Lalu bagaimana  sih caranya untuk menikmati masa itu? 

1. Harus Sadar  : kita harus menyadari bahwa ada empat Fase yang kudu kita lalui saat menjadi mahasiswa. 
  • Pertama kita harus melewati masa orientasi masa orientasi ini kita harus kenal dulu siapa diri kita, apa passion kita, bagaimana kampus kita, siapa kaka-kaka kelas yang bisa menginspirasi dan menjadikan kita untuk mengetahui hal-hal di kampus dan kita harus tahu bagaimana cara belajar kita. 
  • Lalu setelah tahap ini sudah hatam maka kita lanjut ke fase kedua yaitu fase organisasi kenapa? karena diorganisasi kita bisa mendapatkan banyak ilmu baru, kita akan dapat relasi baru dan informasi baru serta kita akan belajar untuk memahami dan membentuk pola pikir dengan menjalin relasi dengan para organisator. 
  •  Ketiga tahap prestasi : setelah kita sudah mengenal dan membangun relasi serta sudah banyak kegiatan yang kita tahu di masa-masa awal menjadi mahasiswa. Jangan lupakan untuk memasuki fase prestasi. Ikuti lomba-lomba yang ada di kampus, yang ada di regional, nasional maupun internasional yang bisa membuat wawasanmu semakin luas. Jangan malu berprestasi saat menjadi MABA a.k.a Mahasiswa Baru karena justru di masa itu akan banyak waktu luang yang bisa kita alihkan untuk kegiatan lomba. Semakin tinggi semester mata kuliah kita akan menuntut untuk fokus jadi ketika kita masih maba jangan sia-siakan kesempatan emas untuk ikut lomba. FYI, kegiatan lomba apalagi yang berskala nasional maupun internasional akan di support kampus loh. Jadi masa ini bisa kamu jadikan untuk ajang jalan-jalan gretong juga. Kapan lagi coba ? :P
  • Keempat adalah tahap Skripsi. Ketika kamu sudah orientasi, sudah organisasi, sudah berprestasi maka saatnya menunaikan kewajiban untuk membahagiakan orangtua dengan toga di kepalamu. Syukur-syukur kamu bisa menjadi mahasiswa terbaik ketika wisuda kelak. Agar penantian panjang orangtua yang mendukung kulia mu terbayar dengan senyum melihat anaknya tumbuh menjadi generasi terbaik di kampusnya.
2.Harus Gali Potensi  : Pada Masa-masa  kuliah apalagi di semester rendah jangan malas untuk belajar. Ikuti seminar-seminar yang sekiranya mendukung keberkualitasan dirimu. Misalnya seminar tentang kepenulisan karya ilmiah, Seminar Public Speaking, Seminar tentang peran penting mahasiswa ataupun seminar motivasi. Ikuti seminar yang tidak melulu tentang jurusanmu misalnya kamu kuliah di bidang pendidikan, jangan terlalu terpaku untuk terus ikut seminar-seminar pendidikan saja. Namun ikut seminar-seminar lainny seperti seminar ekonomi, politik, budaya, kepemudaan yang bisa membuatmu semakin kaya. 

3. Kuasai ilmu Public Speaking : Keahlian ini bener-bener menunjang dirimu untuk berkualitas di masa kuliah. Secara, di perkuliahan kamu pasti akan ketemu banyak orang. Kamu ingin idemu di dengar, kamu ingin berdiskusi dengan dosen maupun kaka tingkat, kamu ingin menjadi pencetak perubahan. Maka Kamu butuh banget keahlian Public Speaking yang baik. Keahlian ini bukan hal yang bisa didapati dengan cara instan. Harus banyak belajar dan banyak sekali yang ditaklukan untuk bisa menjadi public speaker. Seperti menaklukkan rasa deg-degan, gemeteran, demam panggung, takut, malu menyusun kata-kata. (Nanti kita bahas ditulisan selanjutnya yah)

4. Budayakan Literasi : Sebagai mahasiswa kamu harus punya buku-buku pegangan yang menambah wawasan kamu saat mungkin dosen tidak datang, atau ketika kamu tidak fokus kuliah buku tersebut membantu kamu untuk belajar. Mahasiswa gak punya buku-buku penunjang mah kurang afdhol. Dengan buku-buku tersebut kamu bisa menularkan semangat menuntut ilmu sama teman-temanmu. Mengajak mereka berdiskusi jadi iklim literasinya makin terasa deh! 


5. Hindari Zona Nyaman : Maksud Zona nyaman disini adalah menikmati kuliah dengan biasa-biasa ajah atau jadi kupu-kupu. Sesekali kita harus keluar dari zona nyaman, untuk mengukur kemampuan dan ketahanan diri kita. Untuk menjadikan diri kita naik level juga. Misalnya dengan ikut acara kepemudaan yang, konferensi, lomba-lomba, kuliah ngajar, kuliah sambil organisasi atau apapun itu yang gak membuat kamu jadi kupu-kupu deh. 

6. Susun Target : Tidak hanya di kehidupan kita harus punya target, di kuliah kita juga musti punya target. Seperti target IPK di atas 3,5, target prestasi, target-target mimpi yang harus menjadi wish list dan kita tuliskan pokoknya target yang membuat kita lebih baik di perkuliahan. Jangan lupa juga targetnya di tuliskan yah biar gak lupa. Karena walaupun kita sendiri kadang gak yakin akan target kita siapa tahu Allah mengabulkan atas tekad dan tulisan yang sungguh-sungguh kita buat. 

7. Selalu Ingin Belajar : Nah ini dia yang menurutku adalah hal yang paling penting di perkuliahan. Selalu ingin belajar dan jangan cepat puas. Sering kali kita terjebak atas paradigma kepintaran kita yang akhirnya menjadi boomerang bagi kita untuk gak mau mengosongkan gelas. Padahal ilmu Allah itu luas banget. Semakin kita belajar semakin kita paham bahwa diri kita bukan siapa-siapa. Selalu ingin belajar menjadi reminder juga untuk diriku yang terkadang suka males, suka down ataupun kepusingan ketika mempelajari sesuatu. Pokoknya selalu ingin  belajar di perkuliahan itu WAJIB BANGET HUKUMNYA. Belajar diperkuliahan bukan hanya ketika kita duduk di ruang kuliah yah, tapi juga di luar perkuliahan. 


Oke, aku rasa cukup sharingku pada tulisan kali ini. Semoga bisa menjadi pengingat kita semua yang sedang menyandang status mahasiswa untuk lebig produktif dan gak mager lagi di masa kuliah. Masa kuliah gak akan keulang dua kali dan tidak banyak orang yang memiliki kesempatan menjadi mahasiswa. So, berkembanglah dan nikmati masa kuliah kita.! 

Whatever you can do, or dream you can do, begin it. Boldness has genius, power, and magic in it. Begin it now.” —Goethe



 
 

 

Sunday 1 January 2017

Temanmu adalah mutiaramu.


Pada hakikatnya manusia memang makhluk sosial yang tidak bisa hidup secara sendirian. Manusia dilahirkan, lalu hidup mengenal manusia lain untuk saling belajar. Belajar untuk menghargai dan menghormati. Belajar untuk bisa saling bekerja sama. Belajar untuk bisa mendengarkan dan memberikan solusi. Saat kita mulai balita, kita mulai mengenal adanya kawan bermain dalam kehidupan kita. Teman adalah tempat kita untuk belajar berinteraksi dan mengenal diri kita sendiri. 

Semakin dewasa kita semakin memahami mengapa kita memerlukan teman. Semakin dewasa kita mulai mengerti mengapa sebagai manusia kita digariskan untuk hidup bermasyarakat. Pepatah bijak mengatakan, jika kamu ingin menilai seseorang lihatlah teman-temannya karena dari situ tercermin bagaimana perilakunya. Hubungan pertemanan membuat kita mempelajari berbagai macam karakter. Hubungan pertemanan membuat kita belajar untuk menurunkan ego. Karena sedewa apapun kita, sepintar apapun kita, kita tetap membutuhkan teman untuk senantiasa membantu dan menyemangati. 

Setiap kesuksesan kita tak luput dari campur tangan teman-teman kita. Mereka senantiasa mendengarkan keluh kesah kita. Mereka senantiasa menjadi penopang tubuh kita. Mereka menjadi lentera saat hidup kita terasa gelap. Bahkan terkadang tanpa diduga, terkadang teman memberikan kejutan indah saat kita benar-benar ada di titik terbawah. Aku ingat ketika aku sedang memikul beratnya perjuangan untuk mawapres universitas, aku dikejutkan pada seorang teman yang mendukungku dengan tulusnya. Afi Chairunnisa namanya, aku kaget akan kedatangannya. Ia menunjukkan kepeduliannya. Ia menjadikan semangatku naik lagi, apalagi ketika dia memegang kertas semangat lalu meneriakkan namaku. Walau ia tak menonton sampai akhir tapi aku sangat bersyukur, dibalik sosoknya yang super cuek dia adalah teman yang tanpa diduga-duga datang memberikan semangat. 

Begitu juga Alvianita, ia adalah orang yang menemani perjuangan mawapresku dari awal sampe akhir. Menemaniku cetak produk hingga larut. Menjadi penenang saat aku dilanda gusar ketika produkku gagal dicetak karena beberapa masalah teknis. Nita adalah orang yang selalu memperhatikan penampilanku yang terkadang urakan. Nita orang yang siap di garda paling depan untuk mendukung temannya yang sering cengeng. Aku sangat terkesan saat pengumuman mawapres Nita rela menemaniku membawa semua peralatan perangku sampai rumah. Aku sangat terharu saat dia berkata " Gue siap jadi pendukung setia, asalkan lu bisa menang kayak gini dan bahagia" Duuh rasanya "Nyess banget" padahal selama ini rasanya sifat superiorku sering sekali merepotkannya.

Selain Afi dan Nita ada banyak lagi teman-teman yang siaga untuk membantuku. Seperti halnya ada Awal, IIM, NISA, dll.  Dalam perjuangan di masa kuliah peran teman amat sangat besar bagiku. Maka kalaupun ada yang harus bahagia atas kemenanganku waktu itu adalah teman-temanku. Aku merasa teman adalah mutiara yang dikirimkan Allah padaku. mereka membuat hidup lebih bermakna. Mereka dengan segala keunikannya membuat kehidupan kita lebih baik. Dari teman kita juga belajar menyelami ke dalam diri kita, apa-apa yang harus kembali di tata.

Moment Mawapres adalah titik dimana aku disadarkan betapa berartinya teman-teman yang aku punya. Titik dimana diri ini sadar bahwa kita hanyalah manusia kecil yang tanpa mereka mustahil rasanya kita menggapai puncak. Teman adalah kekuatan bagi kita untuk melangkah, mereka adalah 'rem' bagi diri kita saat kita mulai kelewatan dengan arah jalan yang perlu diluruskan. Teman adalah wadah kita bercermin "sudahkah kita membahagiakan teman-teman kita?" 

Di tahun yang baru ini " Menjadi Teman yang Bermanfaat" termasuk dalam resolusiku. Sebab aku menyadari bahwa diri ini butuh lebih banyak belajar dari teman-teman yang ada di sekelilingku. Tidak hanya belajar untuk lebih hebat, namun belajar untuk menjadi pendengar dan berusaha bersyukur atas adanya mereka. 
“Friendship is the hardest thing in the world to explain. It’s not something you learn in school. But if you haven’t learned the meaning of friendship, you really haven’t learned anything.”
– Muhammad Ali

Saturday 31 December 2016

MEMUPUK HARAPAN UNTUK TAHUN DEPAN


Selamat Tahun Baru 2017 untuk kita semua...

 setelah suara kembang api dan terompet mulai reda, jemari ini mencoba menuliskan apa yang ada di benak logika. Yap! Pada postingan kali ini yang akan dituangkan adalah pemikiran tentang Tahun Baru Masehi. Setiap orang menyambut pergantian tahun dengan caranya masing-masing. Ada yang berkumpul bersama keluarga, ada yang berkumpul bersama teman, bersama pacar mungkin bagi yang gak LDR (Ups!), atau ada pula yang merayakan bersama orang-orang di tengah keramaian. Pergantian tahun sering dimaknai dengan gembira. Pada pergantian tahun muncullah harapan baru, mimpi-mimpi baru, resolusi, target-target yang semuanya juga baru. 

Memupuk harapan di tahun baru merupakan agenda yang umumnnya dilakukan. Hal tersebutpun terjadi padaku. Ada mimpi-mimpi yang kutitipkan setiap kali aku melihat kembang api dari atas loteng rumahku. Tak lupa juga aku menuliskan dan menempel di tempat-tempat yang sering aku lihat. Menurut teori alam bawah sadar Sigmund Freud, aku percaya bahwa hal yang kita impikan, lalu kita tuliskan dan selalu kita ingat akan tersimpan di alam bawah sadar kita dan akhirnya membawa kita untuk meraih impian tersebut. Simplenya tulisan itu akan memotivasi kita untuk gak mager deh! karena diingetin terus sama tulisan yang kita tuliskan sendiri hihihi. 

Pergantian tahun kali ini aku rayakan bersama keluarga. Makan bersama menjadi kenikmatan yang tiada dua. Makan bersama bisa saling melekatkan raga-raga yang mungkin renggang karena kesibukan. Pergantian tahun kali ini lebih berbeda bagiku karena skripsweet selalu menghantui. Maka Ia juga menjadi mimpiku di 2017 agar aku segera menyelesaikan urusan dengannya (Read Skripsi) dengan cara yang manis. 
Pergantian tahun juga merupakan ajang pengingat bahwa waktu terus melaju dengan cepat. Itu tandanya kita sebagai manusia terutama aku yang sering mager harus lebih berpacu dengan waktu. Untuk lebih bisa mengendalikan waktu agar tidak terbuang sia-sia. Ada tiga hal yang gak bisa kembali yaitu  waktu, perkataan dan kesempatan. Jadi, sebenarnya tahun baru juga tantangan bagi diri kita sendiri yah, bisakah kita untuk menggunakan waktu sebaik mungkin ? 

Tahun baru merupakan ajang untuk merefleksi diri. Merenungi apa-apa yang kurang di tahun sebelumnya. Mencari solusi untuk berubah menjadi lebih baik. Tahun baru seharusnya pula menjadi ajang mengevaluasi diri dan me-recharge semangat-semangat yang mulai kendor. Tahun baru adalah jembatan antara ekspektasi dan kenyataan di masa yang akan datang. Dalam hidup, mimpi memang tak boleh kita abaikan karena mimpi akan membawa kita ke kehidupan yang lebih baik bila kita terbangun lalu bertindak mengeksekusi mimpi kita. Semoga setiap apa-apa yang kita impikan terwujud di tahun depan yah gengs!

 

Semangat Meroket di 2017! 

Thursday 29 December 2016

Sehari Jadi Reporter Professional, Ceritanya!


"Pi, bisa liputan gak ke Malang?" Seperti itulah isi whatsapp dari Mbak Esti yang membuat gue sedikit terkejut.  Oh ya supaya gak menebak-nebak karena emang kita gak lagi main tebak-tebakan. Gue mau kenalin dulu siapa itu Mbak Esti. Mbak Esti adalah koordinator para jurnalis muda di GenSindo. GenSindo adalah Rubrik Anak Muda yang ada di Koran SINDO dan terbit setiap hari sabtu. Balik lagi ke cerita awal gue udah mesem-mesem pas nerima pesan itu. Mbak Esti pernah bilang setiap jurnalis muda yang produktif akan dapat giliran untuk liputan ke luar kota. Dalam liputan kali ini bukan lagi liputan yang biasa tapi liputan yang bener-bener ngebuat kita ngerasain  jadi jurnalis profesional. Caelah! :D

Gue segera menjawab " Bisa Mbak!" karena kapan lagi coba dapet kesempatan. Gue emang pengen banget jadi jurnalis beneran gitu dari SMK. Dulu pas lihat temen-temen yang masuk ke jurusan brodcasting pengen banget masuk jurusan itu tapiiiii gak boleh sama mamah, akhirnya masuk ke akuntansi. Tapi... keinginan jadi jurnalis dan penulis itu kuat banget di benak gue alhasil gue anak akuntansi yang membangkang kali yah hihihi. Waktu SMKpun kalo ikut kegiatan gak mau yang berhubungan dengan akun tapi malah milih kegiatan public speaking, writing, speech dan malah ngembangin ekskul mading. Emang dasar yah! hihi 

Ketika gue konfirmasi bahwa gue bisa, Mbak Esti langsung menghubungkan gue ke Public Relation pihak media Tripnya. Daaan pas gue cek email ternyata gue harus liputan tentang proses pengolahan susu mulai dari pemerahan susu sapi hingga pengemasan di Pabrik GreenFields, Malang. (Alhamdulillah jalan-jalan! Cihuy :p). Tanggal 21 Nopember, pihak Greenfields memasukkan gue ke group WA mulailah para wartawan yang juga diundang memperkenalkan dirinya. Ada yang dari Tempo, Berita satu, Jawapos, Gadis, Detik Health dan banyak lagi. Alamak! agak minder deh gue.

Gue mencoba memberanikan diri karena gue yakin Confident is the power to make you feel alive---- 
 Gue kenalan dengan wartawan-wartawan yang gue yakin mereka semua super keceh! Semua peserta dikirimin tiket dan keperluan untuk media farm trip. Alhamdulillahnya lagi dibeliin tiket Garuda, ini pertama kalinya gue naik pesawat yang selama ini gue idam-idamkan. Maklumlah yah, namanya juga mahasiswa kelas irit kayak gue. hehehe Maka Nikmat TuhanMu yang manakah yang engkau dustakan pal? 

Tanggal 23-24 Nopember, gue liputan ke Malang. Gue berangkat dari Soetta ke Juanda lalu naik Bis ke Malang. Kenapa sih gak langsung ke Malang? Menurut PRnya bandara Malang sering ditutup karena cuaca buruk. Emang bener sih di sana sering hujan terus. Di hari pertama kita tim media diajak untuk workshop dan mengikuti pemaparan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi susu setiap hari. Di sana ada banyak pematerinya, mulai dari pihak greenfields sampai dokter juga ada looh. Sehabis pemaparan kita break lalu lanjut lagi lalu bersih-bersih lalu makan malam deh! Makan malamnya gue ke warung Inggil dan nyobain ice Cream di Toko Oen Malang. Hari pertama memang masih lenggang waktunya. Tapi pas di hari kedua semua full kegiatan liputan di Pabrik dan Peternakan Sapi GreenFields. 
Makan Bersama di Warung Inggil

Toko Oen Nan Legendaris
 Di Pabrik pengolahan dan peternakan susu sapi di hari kedua, gue dimanjakan dengan pemandangan sapi-sapi yang lucu-lucu. Mereka besar-besar dan kalau jalan kakinya berbunyi layaknya tante-tante pake high heels. Di Pabrik dan Peternakan Sapi ini ada klasifikasi kandang sapi mulai dari sapi siap diperah, sapi hamil, sapi melahirkan, anak sapi, dan ada rumah sakit sapi serta tempat pengolahan pakan sapi yang semuanya di atur secara terintegerasi. Sapi-sapi di sini juga diperlakukan istimewa sampai ada ritual perawatan kuku sapi setiap bulannya. Tujuannya agar sapi bahagia, karena kalau sapi bahagia produksi susunya akan sangat baik. Di Pabrik ini gue langsung observasi proses pengolahan susu sapi. Setiap sapi yang sudah siap perah gak perlu disuruh baris untuk berjalan ke tempat pemerahan loooh.. mereka jalan sendiri euy. Hebat! Jadi inget teorinya Pavlov deh mungkin hal ini terjadi karena pembiasaan yang sapi-sapi tersebut lakukan. Kalau sapi ajah bisa teratur barisnya kenapa setiap antri manusia kadang main serobot-serobotan ajah yah? Berarti kadang manusia kalah dong sama sapi? Nah looh. 

Setelah puas berkeliling pertenakan yang luasnya 50 Hektare, saya beserta rekan-rekan media lainnya melanjutkan peliputan ke pabrik pengolahan susu sapi. Sebelum masuk kami semua harus steril dan pakai baju khusus. Kami melihat berbagai macam olahan produk susu sapi Greenfields. Produknya antara lain ada Fresh Milk, Ada Susu UHT, Keju olahan juga. Kami dibimbing oleh Pak Darmanto. Beliau dengan sabar menemani dan menerima segala pertanyaan dari kami. Setelah puas berkeliling, tibalah saatnya kami selesai peliputan dan ketika selesai kami telah disuguhkan banyak sekali Fresh Milk. (Jadi perbaikan Gizi gitu)   

Pengalaman sehari jadi Reporter/ Jurnalis Professional adalah pengalaman berharga yang gak akan terlupakan. Jadi Ingat suatu hal dari pengalaman ini deh. Dulu sering banget berdoa sama Allah supaya bisa jalan-jalan gratis sambil meliput sesuatu. Doa itu udah lama banget sampe akhirnya sempet putus asa dan lupa sama itu doa. Tetapi ternyata Allah menunjukkan kuasanya. DIA mengabulkan doa setiap hamba di waktu yang tepat. Jadi intinya, Jangan pernah lelah berdoa dan berusaha gitu yah sob
Sapi yang barisnya rapi mengalahkan manusia

all Team Media Farm Trip

Pabrik Olahan susu sapi Fresh Milk
?






 

Anak dan Pendidikan


Kali ini aku ingin menuliskan kisah tentang anak-anak buruh migran di Sarawak, Malaysia. Anak-anak yang masih merindukan nyamannya bangku sekolah di Indonesia. Anak-anak yang tak pernah terpikir akan terbang bersama orangtuanya mencari ringgit di kebun kelapa sawit.
Anak-anak dan pendidikan. Idealnya seorang anak memang harus mendapatkan pendidikan yang layak karena mereka adalah harapan masa depan baik masa depan keluarga maupun masa depan bangsa. Tapi kondisi itu tak aku dapati pada anak-anak ladang bukit paninjau yang dulu menjadi tempatku belajar menjadi guru ketika mengikuti kegiatan Volunteer Teacher dari VTIC Foundation.
(untuk VTIC Sendiri bisa kamu googling yah)

Pertama kali datang , aku disambut senyum malu-malu yang terpancar di wajah bocah-bocah itu. Mereka diantar oleh orangtuanya. Mereka tidak memakai baju seragam layaknya di Indonesia. Mereka ada yang memakai baju putih biru seperti anak SD di Sarawak, Malaysia. Ada juga yang memakai baju biasa. Dari sekian banyak anak aku paling kagum dengan anak yang bernama Kevin. Ia adalah kaka dari Erwin. Tubuhnya besar,ia sangat lucu dan menggemaskan. Ia berusaha dewasa mengayomi adiknya Erwin yang aktif sekali. Terkadang ada raut wajah sedih yang ku lihat di wajah kevin saat ia bercerita ia ingin menjadi Pilot. Ia selalu pesimis dan mengatakan “Cikgu, aku nak jadi pilot bisakah?” Setiap kali pernyataan itu terlontar aku selalu berusaha menatap matanya dalam-dalam. Lalu aku bilang “ Kalau kamu sering berdoa, insyaAllah pasti kamu bisa”. Padahal sebenarnya menjawab pertanyaan itu aku seperti tercekik dan merasakan getir kekhawatirannya.

Betapa tidak khawatir, ibu dan ayahnya adalah pegawai ladang yang mungkin kurang memerhatikan pendidikan Kevin. Ia dan adiknya hanya punya satu buku sekolah. Tapi aku selalu semangat mengajarinya setiap materi ia lahap dan ia selalu bisa mencerna dalam waktu cepat. Dunia memang terkadang sulit ditebak. Di Malaysia aku menemukan kevin yang semangat ke sekolah walau dalam keterbatasan. Tapi terkadang di Indonesia aku melihat anak yang malas pergi ke sekolah walaupun mereka berkecukupan. Terkadang aku bertanya apa yang bisa aku lakukan untuknya? Tapi lagi-lagi aku mendapati pilihan terakhir yaitu mendoakannya. Agar kelak Kevin dan anak-anak TKI lainnya yang hidup dalam keterbatasan bisa meroket lewaat sebuah keajaiban.

Anak-anak dan sebuah Pendidikan memang paket yang tak bisa dipisahkan. sebab melalui pendidikan anak mencoba membangun harapan. Melalui sebuah pendidikan anak berusaha memimpikan apa yang terkadang di luar nalar orang dewasa. Melalui pendidikan anak mencoba meyakinkan diri untuk meraih masa depan. Semoga kelak aku bisa menemuinya lagi, paling tidak memberikan doa dan harapan agar ia senantiasa memiliki semangat untuk berjuang.
Kevin my lovely Student :)

Sunday 27 November 2016

Sekotak Cinta




Berbicara tentang cinta, semua orang pasti merasakannya. Ia menjelma menjadi denyut-denyut yang enggan pergi dari raga. Ia datang menanam senyum, menebar bahagia dan tak jarang ia juga menghempas dengan duka. Aku juga merasakan jatuh cinta pada seseorang yang delapan setengah tahun yang lalu aku kenal lewat lomba. Funtasy Games nama lombanya anak SMPN 32 dan anak SMPN 86 yang saat itu mengikuti pasti tahu hal ini. Ajang cerdas cermat di TVRI telah mempertemukanku dengan si mata sayu.  Entah mengapa pertemuan itu berlanjut padahal aku sama sekali tak tertarik dengannya dia konyol, cupu dengan celana cingkrangnya. Menyebalkan dengan sifat “ Sok tahu dan batunya” sifat yang sampe sekarang sudah mengakar padanya.
Cinta memang membawa kita melewati semua hal bersama-sama. Kita saling membantu dalam setiap lomba. Kita saling menyemangati untuk setiap kegiatan yang kita punya dan tak jarang juga cinta membawa kita pada pertikaian sengit yang memaksa kita memisahkan diri sementara. Cinta membuat gadis tomboy yang dulu gak pernah bisa pake rok kecuali saat sekolah, menjadi gadis yang bisa pakai rok walau susah jalannya. Cinta membawa anak muda yang cupu perlahan memperbaiki tampilannya. Ia tak pernah lagi memakai celana cingkrang dengan ujung celana yang dikaitkan di atas perutnya. Muka berminyaknya perlahan hilang tapi mata sayu tetap jadi cirri khasnya.
Kita saling menguatkan saat kita sama-sama tak lulus SNMPTN tulis maupun undangan. Aku menyerah pada tahun itu tapi kamu tetap gigih ikut UMB. Dengan sigap aku membantu mengurus keperluan berkasmu daaaaaaan… fase tersulit adalah ketika kamu dinyatakan lolos ke “ACEH” yang tandanya kita akan terpisah oleh ratusan kilo meter. Aku sedih? Pastinya. Tapi, gak adil kalau cita-cita harus dipendam hanya karena cinta. Kita  telah menikmati fase Long Distance Relationship  selama kurang lebih 4,5 tahun.   Aceh- Jakarta dan Jakarta- Turkey melatih kesabaran hati untuk bisa berjumpa. Berceloteh bersama secara langsung, menonton pertunjukkan seni, menjelajah museum, datang ke seminar-seminar hanya bisa kita lakukan pada saat liburan semester tiba.
LDR mempunyai arti sendiri bagi  kita. Ia mengubah paradigma cinta yang harus sering ketemu menjadi cinta yang tersimpan dalam rindu. Rindu yang kadang membunuh secara perlahan rindu yang kadang mematikan rasa tapi tak jarang ia mengingatkan memori dan membuatnya memutar di kotak logika.
Kini dalam jarak yang jauh kita sama-sama sedang berjuang menyelesaikan studi kita. Mengejar gelar sarjana. Membunuh perasaan-perasaan ingin berjumpa yang terkadang merusak suasana. Pertengkaran yang semakin sering ada terkadang menjadi lelucon saat jiwa sudah sadar bahwa seharusnya itu tak penting adanya. Cinta… selesaikan studi kita, bawalah kembali setiap waktu yang sudah lama tak pernah kita bagi bersama. Bawalah kembali setiap kenangan yang pergi atas pengembaraanmu selama 5 tahun lamanya. Bawalah sekotak cinta yang berisi edelwish saat kita sama-sama memakai toga. Teruslah berjuang atas cinta. Cinta untuk keluarga kita dan cinta untuk kita. Semoga kelak kita bertemu dalam bahagia, agar tak ada lagi jarak yang jauh agar tak lagi ada rindu yang terlalu beku.
                                                                             Salam Rindu

                                                                                 Palupiiii